Pengertian, Peran dan Fungsi Laboratorium
Menurut PP Nomor 19 Tahun 2005 mengenai
Standar Nasional Pendidikan dan dijabarkan dalam Permendiknas Nomor 24 Tahun
2007, laboratorium merupakan tempat untuk mengaplikasikan teori keilmuan,
pengujian teoritis, pembuktian ujicoba peneltian, dan sebagainya dengan
menggunakan alat bantu yang menjadi kelengkapan dari fasilitas dengan kuantitas
dan kualitas yang memadai. Laboratorium ialah suatu tempat dilakukannya
percobaan dan penelitian. Tempat ini dapat merupakan suatu ruangan tertutup,
kamar atau ruangan terbuka.
Dalam pengertian terbatas laboratorium
ialah suatu ruangan yang tertutup dimana percobaan dan penelitian dilakukan.
Menurut Koballa dan Chiappetta (2010 : 213), Laboratorium diartikan sebagai
berikut:
Laboratory work engages students in learning through firsthand experiences. Laboratory work permits students to plan and to participate in investigation or to take part in activities that will help them improve their technical, laboratory. In general, laboratory work can be used to promote the following learning outcomes:attitudes toward science, scientific attitudes, scientific inquiry, conceptual development, technical skill, teamwork skills.
Fungsi Laboratorium sebagai tempat
berlangsungnya kegiatan pembelajaran IPA secara praktek yang memerlukan peralatan
khusus yang tidak mudah dihadirkan di ruang kelas.
Pengelolaan Laboratorium
Pengelolaan laboratorium merupakan suatu
proses pendayagunaan sumber daya secara efektif dan efisien untuk mencapai
suatu sasaran yang diharapkan secara optimal dengan memperhatikan keberlanjutan
fungsi sumber daya. Henri Fayol (1996: 86) menyatakan bahwa pengelolaan
hendaknya dijalankan berkaitan dengan unsure atau fungsi-fungsi manajer, yakni
perencanaan, pengorganisasian, pemberian komando, pengkoordinasian, dan
pengendalian. Sementara Luther M. Gullick (1993:31) menyatakan fungsi-fungsi
manajemen yang penting adalah perencanaan, pengorganisasian, pengadaan tenaga
kerja, pemberian bimbingan, pengkoordinasian, pelaporan, dan penganggaran.
Dalam pengelolaan laboratorium meliputi beberapa aspek yaitu sebagai berikut :
1. Perencanaan
2. Penataan
3. Pengadministrasian
4. Pengamanan, perawatan, dan pengawasan
Pengelolaan laboratorium berkaitan
dengan pengelola dan pengguna, fasilitas laboratorium (bangunan, peralatan
laboratorium, spesimen biologi, bahan kimia), dan aktivitas yang dilaksanakan
di laboratorium yang menjaga keberlanjutan fungsinya. Pada dasarnya pengelolaan
laboratorium merupakan tanggung jawab bersama baik pengelola maupun pengguna.
Oleh karena itu, setiap orang yang terlibat harus memiliki kesadaran dan merasa
terpanggil untuk mengatur, memelihara, dan mengusahakan keselamatan kerja.
Mengatur dan memelihara laboratorium merupakan upaya agar laboratorium selalu
tetap berfungsi sebagaimana mestinya. Sedangkan upaya menjaga keselamatan kerja
mencakup usaha untuk selalu mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan sewaktu
bekerja di laboratorium dan penangannya bila terjadi kecelakaan.
Program kerja laboratorium IPA yang
realistis dan disusun sesuai dengan kondisi sekolah merupakan syarat utama
untuk mencapai tujuan pengajaran IPA yang berbasis laboratorium. Untuk
mewujudkan tujuan tersebut, rencana kegiatan yang dibuat harus menitikberatkan
pada ruang lingkup di bawah ini.
1. Perencanaan
Perencanaan merupakan sebuah proses
pemikiran yang sistematis, analitis, logis tentang kegiatan yang harus
dilakukan, langkah-langkah, metode, SDM, tenaga dan dana yang dibutuhkan untuk
mencapai tujuan yang telah ditentukan secara efektif dan efisien.
Perencanaan ini
dimaksudkan untuk merencakan konsep dari suatu laboratorium itu sendiri. Bagaimanakah
bentuk laboratorum yang ideal? Berapa besarkah ukurannya? Pertanyaan-pertanyaan
ini tidak serta merta dapat kita dijawab, karena sebuah laboratium dibangun
untuk tujuan tertentu. Artinya sebelum laboratoium itu dibangun harus tahu dulu
untuk keperluan apa dan untuk dipakai siapa laboratorium tersebut. Misalnya
laboratorium yang akan digunakan untuk pembelajaran Fisika di Sekolah
Menengah tentunya akan memiliki bentuk yang berbeda dengan laboratorium untuk
penelitian.
Disamping bentuk, ukuran laboratorium
perlu mendapat perhatian, karena fungsi laboratorium di sekolah-sekolah tidak
hanya digunakan untuk percobaan yang bersifat individual. Umumnya laboratorium
digunakan untuk berbagai kegiatan percobaan dalam konteks proses belajar
mengajar. Jumlah siswa yang melebihi kapasiitas ruangan laboratorium dalam satu
kali percobaan akan mengganggu kenyamanan dan jalannya percobaan atau aktivitas
lainnya. Sebuah laboratorium dengan ukuran lantai seluas 100 m2
dapat digunakan oleh sekitar 40 orang siswa, dengan rasio setiap siswa
menggunakan tempat seluas 2,5 m2dari keseluruhan luas laboratorium.
Laboratorium untuk keperluan praktikum mahasiswa membutuhkan ukuran lebih luas
lagi, misalnya 3 – 4 m2 untuk setiap mahasiswa.
Kegiatan perencanaan ini meliputi
kegiatan menyusun : program/rencana kerja, (jadwal kegiatan) kebutuhan
peralatan dan bahan, SOP penggunaan peralatan dan bahan, baik untuk tujuan
praktikum (pendidikan), penelitian, maupun kegiatan pengabdian kepada
masyarakat
2. Penataan tempat dan bahan praktikum
Penataan tempat dan bahan praktikum
sangat penting khususnya untuk mengecek setelah praktikum dan untuk persiapan
praktikum baru. Untuk bahan kimia disediakan ruangan khusus dan ditata
berdasarkan jenisnya asam/ basa didalam rak. Untuk alat-alat praktek lainnya
ditempatkan dalam loker dengan diberi kode untuk masing-masing mata pelajaran.
( K untuk Kimia, F untuk Fisika, B untuk Biologi dan U untuk umum )
Tata letak peralatan adalah suatu
bentuk usaha pengaturan penempatan peralatan di laboratorium, sehingga
laboratorium tersebut berwujud dan memenuhi persyaratan untuk beroperasi. Kata
pengaturan dalam kalimat di atas mengandung makna yang sangat luas, yaitu bahwa
dalam mewujudkan suatu laboratorium yang layak operasi diperlukan penempatan
perlatan yang tersusun yang rapi berdasar kepada proses dan langkah-langkah
penggunaan/aktivitas dalam laboratorium yang diharapkan, begitu pula dengan
daerah kerja harus memiliki luas yang memungkinkan pengguna/pekerja/operator
dapat bergerak bebas, aman dan nyaman, di samping lalu lintas bahan yang akan
digunakan dapat sampai ke tempat kerja dengan mudah dan lancar.
Tujuan Tata
Letak laboratorium
yaitu :
a. Mengurangi hambatan dalam upaya
melaksanakan suatu pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya.
b. memberikan keamanan dan kenyamanan
bagi pengguna/pekerja/operato.
c.
Memaksimalkan penggunaan peralatan.
d.
Memberikan hasil yang maksimal dengan pendanaan yang minimal
e. Mempermudah pengawasan.
Prinsip-prinsip
yang perlu diperhatikan dalam menyusun tata letak peralatan dan perabotan
laboratorium adalah:
a. mudah dilihat
b. mudah dijangkau
c. aman untuk alat
d. aman untuk
pemakai
Penataan tempat dan bahan praktikum
sangat penting khususnya untuk mengecek setelah praktikum dan untuk persiapan
praktikum baru. Untuk bahan kimia disediakan ruangan khusus dan ditata
berdasarkan jenisnya asam/ basa didalam rak. Untuk alat-alat praktek lainnya
ditempatkan dalam loker dengan diberi kode untuk masing-masing mata pelajaran.
( K untuk Kimia, F untuk Fisika, B untuk Biologi dan U untuk umum )
Penataan dan penyimpanan alat-alat
laboratorium sangat perlu memperhatikan karakteristik dan spesifikasinya, baik
untuk alasan keamanan alat, kemudahan pencarian dan pemeriksaan, perawatan dan
pemeliharaan, ataupun sekedar kerapihan penyimpanan. Oleh karena itu alat-alat
laboratorium perlu dikelompokkan atau diklasifikasikan berdasarkan kriteria
yang sesuai dengan tujuan pengelonpokkannya. Kriteria klasifikasi alat-alat
laboratorium antara lain adalah bahan utama pembuatan, massa, bentuk dan
volume, pabrik pembuat, usia pakai, konserp fisika, fungsi atau kegunaan.
3. Penataan administrasi kegiatan laboratorium
Penataan administrasi kegiatan
laboratorium meliputi penataan agenda/jurnal harian di tiap mata pelajaran,
format laporan dan pengumpulannya, daftar penilaian praktikum, prosedur
peminjaman alat, dan pengarsipan surat keluar dan masuk, dan tata tertib
penggunaan laboratorium.
Pengadministrasian sering
juga disebut sebagai kegiatan menginventaris. Inventaris adalah sutu kegiatan
dan usaha untuk menyediakan catatan tentang keadaan semua fasilitas,
barang-barang yang dimiliki sekolah. Bagi SMA yang
mempunyai beberapa lab sangat penting untuk mendata fasilitas/menginventaris
alat dan bahan lab untuk kegiatan pembelajaran siswa. Dengan kegiatan
invetarisasi yang memadai akan dapat diperoleh pedoman untuk mempersiapan
anggaran atau mempersiapkan kegiatan pada tahun yang akan datang.
Catatan inventaris yang baik akan
mempermudah pergantian tanggung jawab dari pengelola yang satu ke yang lainnya.
Inventaris juga akan mempermudah untuk mengetahui dimana suatu peralatan akan
ditempatkan. Dengan demikian akan mempermudahkan pengontrolan, seperti terhadap
kehilangan yang disebabkan oleh kecerobohan atau kecurian.
Menurut Instruksi Mendikbud No. 4/M/1980
tentang tata pelaksanaan dan pelaporan hasil inventarisasi barang
milik/kekayaan negara di lingkungan Depdikbud, maka
ada beberapa daftar alat inventarisasi yang harus digunakan atau diisi,
diantaranya:
·
Buku Induk Barang
Inventaris
·
Buku Catatan Barang
Inventaris
·
Buku Golongan Barang
Inventaris
·
Laporan Triwulan Mutasi
barang
·
Daftar Isian Barang
·
Daftar Rekapitulasi
barang Inventaris
4. Pengamanan / perawatan peralatan
Pengamanan dan perawatan peralatan yang
ada di laboratorium merupakan satu rangkaian kegiatan yang berlangsung saling
terkait, selama ini kegiatan ini hanya terbatas dilakukan oleh teknisi/laboran
saja terutama pengamanannya, tapi ke depan haruslah dimulai dengan menyadarkan
secara adaministratif bahwa sebelum dan sesudah pemakaian peralatan guru-guru
benar-benar tahu kondisi bahan dan peralatan yang telah dipakai, yang selama
ini masih kurang. Dengan demikian tanggungjawab masalah pengamanan dan perawatan
peralatan tidak terfokus pada petugas laboratorium saja, tapi juga merupakan
tanggungjawab bersama (siswa, guru pembina).
Bagaimana suatu laboratorium dapat
dikelola dengan baik sangat ditentukan oleh beberapa faktor yang sangat
berkaitan satu dengan lainnya. Beberapa peralatan laboratorium yang canggih
dengan staf profesional yang terampil, belum tentu dapat beroperasi dengan baik
, jika tidak didukung oleh adanya manajemen laboratorium yang baik. Oleh karena
itu manajemen laboratorium adalah suatu bagian yang tak dapat dipisahkan dari
kegiatan laboratorium sehari-hari.
Peralatan laboratorium sebaiknya
dikelompokkan berdasarkan penggunaannya. Setelah selesai digunakan harus segera
dibersihkan kembali dan disusun seperti semula. Semua alat-alat ini sebaiknya
diberi penutup (cover), misal plastik transparan, terutama alat-alat yang
memang memerlukannya. Alat-alat yang tidak berpenutup akan cepat berdebu, kotor
dan akhirnya dapat merusak alat yang bersangkutan.
1.
Untuk alat-alat gelas (Glassware)
Alat-alat
gelas harus dalam keadaan bersih, apalagi peralatan gelas yang sering dipakai.
Untuk alat-alat gelas yang memerlukan sterilisasi, sebaiknya disterilisasi
sebelum dipakai. Semua alat-alat gelas ini seharusnya ditempatkan pada lemari
khusus.
2.
Untuk bahan-bahan kimia
Untuk
bahan-bahan kimia yang bersifat asam dan alkalis, sebaiknya ditempatkan pada
kamar/ruang fume (untuk mengeluarkan gas-gas yang mungkin timbul). Demikian
juga untuk bahan-bahan yang mudah menguap. Ruangan fume perlu dilengkapi fan,
agar udara/uap yang ada dapat terpompa keluar. Bahan kimia yang ditempatkan
dalam botol berwarna coklat atau gelap tidak boleh langsung terkena sinar
matahari, sebaiknya ditempatkan pada lemari khusus.
3.
Alat-alat mikroskop
Alat-alat
mikroskop dan alat-alat optik lainnya seharusnya disimpan pada tempat yang
kering dan tidak lembab. Kelembaban yang tinggi akan menyebabkan lensa-lensa
berjamur, jika jamur ini banyak, maka mikroskop akan rusak dan tidak dapat
dipakai sama sekali. Sebagai tindakan pencegahan, mikroskop selalu ditempatkan
dalam kotaknya, yang biasanya dilengkapi dengan silica-gel dan sebelum disimpan
dicek kembali kebersihannya. Mikroskop ini seharusnya ditempatkan di dalam
lemari-lemari khusus yang dikendalikan kelembabannya. Untuk lemari biasanya diberi
lampu pijar 10-15 watt, agar ruang ini tetap selalu panas / kering dan akan
mengurangi kelembaban udara (dehumidifier-air). Alat optik lainnya seperti
lensa pembesar (loupe), alat kamera optik, kamera digital, microphoto-camera,
juga ditempatkan pada lemari khusus yang tidak lembab.
5. Pengawasan
Pengawasan, sering juga disebut pengendalian adalah salah
satu fungsi manajemen yang berupa mengadakan penilaian, bila perlu mengadakan
koreksi sehingga apa yang dilakukan bawahan dapat diarahkan ke jalan yang benar
dengan maksud dengan tujuan yang telah digariskan semula. Supervisor harus
tetap menjaga agar semua anak buah bergerak dalam rel yang benar dan menuju
sasaran. Salah satu cara untuk mengendalikan anak buah adalah dengan memeriksa
laporan mereka.
Pengendalian berfungsi untuk memantau aktivitas untuk
memastikan aktivitas tersebut diselesaikan seperti yang telah direncanakan dan
membetulkan penyimpangan-penyimpangan yang signifikan. Kegiatan-kegiatan yang
yang biasa dilakukan dalam proses pengendalian berupa observasi terhadap
kegiatan-kegiatan dengan perencanaan. Disamping itu, juga melakukan
koreksi-koreksi terhadap penyimpangan yang terjadi selama rencana sedang
dijalankan. Berarti para manajer berusaha agar perusahaan bergerak kearah
tujuannya. Apabila ada bagian organisasi yang bergerak ke arah yang salah, para
manajer berusaha untuk mencari penyebabnya dan kemudian mengarahkan kembali ke
tujuan yang sesuai.
Pengendalian merupakan fungsi manajemen untuk memantau
kinerja dan mengimplementasikan perubahan-perubahan yang diperlukan. Melakukan
pemantauan adalah aspek penting dari pengendalian. Kegagalan-kegagalan
pengawasan dapat muncul dalam berbagai bentuk. Fungsi pengawasan memastikan
agar tujuan-tujuan dapat dicapai. Fungsi ini bertanya dan menjawab pertanyaan.
Fungsi ini melakukan penyesuaian-penyesuaian jika diperlukan.
Organisasi-organisasi yang berhasil, baik besar maupun kecil, memberikan
perhatian yang cermat pada fungsi pengawasan.
Pengawasan harus tetap dijalankan. Akan tetapi, teknologi
dan inovasi-inovasi yang baru lainnya menjadikan kita dapat melakukan
pengawasan dengan cara-cara yang lebih efektif, membantu semua orang di dalam
perusahaan melintasi batas perusahaan (termasuk konsumen dan para pemasok),
menggunakan otak mereka, belajar, memberikan berbagai konstribusi yang baru,
dan membantu organisasi berubah dalam cara-cara yang akan membentuk masa depan
yang sukses.
Dan untuk
pengawasan biasanya hanya dilakukan oleh ara pengelola
laboratorium yang memiliki pemahaman dan
keterampilan kerja di laboratorium, bekerja
sesuai tugas dan tanggung jawabnya, dan
mengikuti peraturan. Pengelola laboratorium di
sekolah umumnya sebagai berikut:
a. Kepala Sekolah
b. Wakil Kepala Sekolah
c. Koordinator Laboratorium
d. Penanggung jawab Laboratorium
e. Laboran
Keselamatan kerja di laboratorium sangat
penting untuk diperhatikan mengingat hasil penelitian menunjukkan telah terjadi
kecelakaan kerja dengan intensitas yang mengkhawatirkan yaitu 9 orang/hari. Keselamatan
semua pihak merupakan tanggung jawab semua pengguna laboratorium. Namun, banyak
pekerja yang meremehkan risiko kerja, sehingga tidak menggunakan alat-alat
pengaman walaupun sudah tersedia. Laboratorium merupakan ruangan yang memiliki
risiko yang cukup besar. Disana banyak terdapat bahan kimia yang merupakan
bahan mudah meledak, mudah terbakar, beracun, dll. Selain itu terdapat juga
benda mudah pecah dan menggunakan listrik. Maka dari itu, kita harus sangat
berhati-hati dalam menggunakan laboratorium. Berikut adalah prosedur
keselamatan kerja di laboratorium.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.
2011. Perencanaan Laboratorium. http://phys-edc.blogspot.com/2011/12/perencanaan-penggunaan-laboratorium-ipa.html
[di akses pada tanggal 15 Februari 2013]
Anonim. 2012. Desain laboratorium fisika. http://physicslaboratory.blogspot.com/2012/03/desain-laboratorium-fisika.html
[di akses pada tanggal 15 Februari 2013]
Sasrawan,
Hedi. 2013. Prosedur Keselamatan Kerja. http://hedisasrawan.blogspot.com/2013/12/7-prosedur-keselamatan-kerja-di.html
[di akses pada tanggal 15 Februari 2013]
Tim
Supervisi Ditjen Dikti. 2002. Bahan Ajar Pelatihan Manajemen Laboratorium.
Jakarta : Proyek Manajemen Pendidikan Tinggi ditjen Dikti
No comments:
Post a Comment